Rabu, 13 Mei 2009

Konsep Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, anak akan memahami konsep yang mereka pelajari itu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain.
Kecenderungan pembelajaran terpadu ditakini sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. (Developmentally Appropiate Practice). pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak drill sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. para Gestatltis adalah tokoh-tokoh yang dirujuk berkenaan dengan pembelajaran yang harus, disamping juga teori Piget dan para kognitivis lain yang menekankan pentinynya program pembelajaran yang berorientasi DAP.
Pelaksanaan pendekatan ini bertolak dari suatu topik atau tema yangdipilih/ dikembangkan guru bersama anak. Tujuan dari tema ini bukan litarasi bidang studi, akan tetapi konsep-konsep dari bidang studi, akan tetapi konsep-konsep dari bidang studi terkait dijadikan alat dan wahana untuk mempelajari dan menjelajahi topik atau tema tersebut.
jika dibaningkan dengan pendekatan konvensional, pembelajaran terpadu tampaknya lebih menekankan keterlibatan anak dalam belajar, membuat anak secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan. Pendekatan ini lebih mungkin menjadi sesuatu yang dikemukakan oleh John Dewey dengan konsep Learning by Doingnya.
Pendekatan pembelajaran terpadu dapat dipandang sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan di tingkat dasar,terutama dalam rangka mengimbangi gejala penjejalan kurikulum yang sering terjadi dalam proses pembelajaran di sekolah.
Wlaupun penjelajahan kurikulum mungkin mengandung unsur kebaikan, namun di piha lain efeknya pada perkembangan anak-anak adalah buruk, karena menuntut anak megerjakan aktivitas atau tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Efek negatif itu adalah menyebabkan anak kehilangan sesuatu yang lain seharusnya bisa mereka kerjakan. Jika anak hanya merespons tanda-tanda dari guru, mereka akan kehilangan pengalaman pembelajaran alamiah langsung, pengalaman sensorik dari dunia mereka yang membentuk dasar kemampuan pembelajaran abstrak menjadi tidak tersentuh. Padahal itu merupakan karakteristik utama perkembangan anak SD